Musik angklung klasik, dimaksudkan sebagai musik angklung padaeng yang asli dikembangkan oleh Pak Daeng Soetigna dengan berbasis musik klasik barat. Lagu-lagu yang populer diaransemen dengan gaya ini antara lain Blue Danube, Donau Welen, Colonel Bogey March. Di masa perjuangan kemerdekaan Indonesia, Pak Daeng banyak mengaransemen lagu-lagu nasional agar cocok dimainkan dengan angklung.
Untuk mendukung gaya musik seperti itu, Pak Daeng menggunakan ensemble yang umumnya terdiri atas:
- Angklung sebagai melodi utama.
- Angklung akompanimen sebagai pengiring/pembawa ritme.
- Bass betot sebagai ritme dasar.
Salah satu aransemen asli Daeng Soetigna adalah lagu “Mars Angklung”. Terlihat bahwa aransemennya patuh pada ilmu musik standar, yaitu:
- Bagian melodi (ditulis dengan not angka) terdiri dari suara satu yang ditambah dua atau suara latar, dimana suara latar ini dibentuk berdasar teori harmonisasi suara (triol). Pada satu bar, umumnya terdapat beberapa nada suara satu, kemudian hanya satu nada suara dua dan seterusnya yang dimainkan sepanjang bar.
- Bagian pengiring (dituliskan di atas lagu dengan huruf akord). Bagian ini dimainkan dengan angklung akompanimen, biasanya secara centok.
- Bagian bass betot biasanya ditulis dengan huruf kecil, sesuai nada yang akan dimainkan.
Seiring waktu, gaya aransemen Pak Daeng Soetigna diturunkan ke murid-muridnya seperti Pak Obby A.R. Wiramihardja dan Pak Eddy Permadi. Salah satu contoh karya Pak Eddy Permady yang masih bergaya klasik ini adalah lagu “Besame Mucho”. Contoh ini lebih jelas lagi memperlihatkan bagian-bagian melodi, akord, dan bass.
Sumber tulisan:
- Eko M. Budi, PENGEMBANGAN ROBOT ANGKLUNG DENGAN REKAYASA SISTEM TEKNO-SOSIAL, desertasi Teknik Fisika ITB, 2014