Di Banten dan Sunda, masih dapat ditemui berbagai angklung leluhur yang digunakan untuk upacara adat, seperti Dog-dog lojor, Budud, Badeng, dan Buncis. Semua jenis angklung leluhur ini memakai tangga nada pentatonis, dan umumnya dimainkan secara ritmis.
Daerah |
Jenis |
Unit alat musik |
Ciri musikal |
---|---|---|---|
Ciptarasa, Sukabumi |
Dog-dog lojor |
4 angklung 2 dogdog lojor |
Lagu terbatas sekitar tujuh yang utama. Laras salendro tiga nada, ritmis, interlocking |
Cijulang, Ciamis |
Badud |
8 angklung 6 dogdog kempul, kecrek, genta |
Lagu terbatas, sekitar tujuh pakem. Laras salendro empat nada, ritmis, interlocking |
Sanding, Garut |
Badeng |
9 angklung 2 dogdog 2 terebang kecrek |
Lagu Islami, sekitar tujuh buah. Laras tidak pasti antara pelog/salendro, perkusif, ritmis, interlocking. |
Arjasari-Bandung |
Buncis |
9 angklung 3 dog-dog tarompet, kecrek, gong |
Ada enam lagu pokok, namun cukup banyak kembangannya. Laras salendro lima nada, ritmis, sedikit melodius, interlocking. |
Seperti disarikan pada Tabel di atas (Masunah et.all, 2003), angklung leluhur memiliki alat musik yang terbatas. Masing-masing alat dimainkan dengan pola tertentu secara berulang. Pola antar alat musik ini saling mengunci (interlocking) sehingga paduan seluruh alat musik akan membentuk lagu yang meriah dan kompleks.
Sebagai contoh, dalam unit dog-dog lojor dari daerah Ciptarasa Sukabumi (Badui luar), ada empat buah angklung:
- Gonggong : angklung terbesar dengan nada di sekitar G#4, berfungsi sebagai pembawa pola tabuhan utama.
- Panembal : angklung sedang yang berfungsi memberi repon ke angklung gonggong. Nadanya di sekitar C5.
- Kingking: angklung sedang dengan nada di sekitar C#5.
- Inclok: angklung kecil bernada G#5. Kingking dan inclok berfungsi sebagai pelengkap/pengisi pola tabuhan.
Kemudian ada dua buah dogdog, berupa alat musih perkusi yang tak bernada (unpitch). Ke-enam alat musik tersebut dimainkan dengan pola tertentu. Pola paling utama disebut tatalu. Pola dasar tersebut akan dimainkan para pemain terus menerus. Penyanyi kemudian membawakan lagu yang melodius seiring dengan ritme dogdog lojor tersebut, dimana salah satu lagu yang paling populer adalah “Bale Agung”.
Referensi:
-
Masunah, Juju, Rita Milyartini, Oya Yukarya, Uus Karwati, & Deni Hermawan. 2003. Angklung Di Jawa Barat: Sebuah Perbandingan. Vol. 1. 2 vols. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Seni Tradisional, Universitas Pendidikan Indonesia (P4ST UPI).
Sumber tulisan:
- Eko M. Budi, PENGEMBANGAN ROBOT ANGKLUNG DENGAN REKAYASA SISTEM TEKNO-SOSIAL, Desertasi Teknik Fisika ITB, 2014