Pada tahun 2010, UNESCO telah menetapkan Angklung sebagai warisan budaya tak benda (intangible heritage) dari Indonesia. Dalam rangka memperingati momen bersejarah tersebut, Delegasi Tetap RI untuk UNESCO di Paris, Prancis menyumbangkan empat karya seni berupa miniatur Candi Prambanan, replika ukiran Kapal Samudraraksa dari Candi Borobudur, replika tengkorak kepala manusia purba Sangiran, dan Angklung Robot (Klungbot).
Prosesi penerimaan berlangsung pada tanggal 18 Oktober 2017. Menandai penyerahan karya seni Indonesia secara simbolis, Dirjen UNESCO berkenan memilih satu lagu Sunda untuk dimainkan secara langsung pada Klungbot, yaitu Manuk Dadali. Setelah itu, ia pun meminta Dubes Hotmangaradja Pandjaitan, memilih satu lagu Barat dimana dipilih salah satu lagu gubahan Mozart.
Menurut Dubes T. A. Fauzi Soelaiman, proses penerimaan tersebut cukup panjang. Sebagai organisasi yang mewakili seluruh dunia, UNESCO hanya menerima karya seni yang unggul, maka semua pemberian karya seni harus melewati persetujuan sebuah badan ACWA (Advisory Committee on Works of Art) dengan anggota beberapa kurator museum terkenal di Prancis, termasuk Museum Louvre. Usulan untuk memasukkan angklung ke museum UNESCO telah dilakukan sejak lama. Baru pada tahun 2015, UNESCO memberi peluang untuk memasukkan proposal, yang segera ditanggapi dengan mengirimkan deskripsi Klungbot sebagai karya seni yang terdiri atas:
- Angklung, sebagai budaya tradisionil indonesia.
- Rangka ukiran jepara dengan motif sulur, dan diilhami mahkota wayang tradisi Indonesia juga.
- Robot sebagai wakil modernisasi alat musik.
- Perangkat lunak KlungMaestro yang memiliki lebih dari 100 lagu daerah, maupun internasional.
Setelah disetujui, Klungbot sendiri dibawa ke Paris sejak November 2016 oleh Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, ditemani pencipta Klungbot sendiri, Eko Mursito Budi. Untuk menyiapkan karya tersebut, Eko mengaku telah dibantu oleh banyak orang, diantaranya:
- Handiman Diratmasasmita, empu yang membuatkan angklung kualitas tinggi.
- Achmad Bachri, perajin ukir Jepara yang membuatkan rangka.
- Asep Suhada, seniman angklung yang menuliskan aransemen lagu angklung.
- Krisna Diastama dan Karismanto Rahmadika, sebagai pencetus ide pembuatan Klungbot.
Sumber: